~

Kamis, 09 Oktober 2014

ANALISIS SIDIK JARI
Sains Dermatoglyphics adalah ilmu yang mempelajari pola-pola sidik jari. Disiplin ilmu ini telah berkembang lebih dari ratusan tahun. Para ahli tertarik dengan sidik jari karena memiliki karakterisktik yang khusus, yakni:
  1. Pola sidik jari bersifat unik, tidak ada seseorang yang memiliki pola sidik jari yang sama dengan orang lain. Kemungkinan sama, perbandingannya adalah 1:64.000.000.000.

  2. Sidik Jari bersifat permanen seumur hidup, tidak pernah berubah. Pola sidik jari sudah ada semenjak lahir sampai meninggal tanpa mengalami perubahan.

  3. Struktur sidik jari, mudah untuk diklasifikasikan dan diukur. Pola sidik jari dapat terlihat jelas dengan kasat mata, melalui perkembangan teknologi, Pola sidik jari dapat dengan mudah disimpan dalam database.
Dalam perkembangan riset, penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dermatoglyphics, dipelajari masalah seputar pembentukan pola sidik jari yang ternyata sudah muncul dalam janin usia kandungan 13 minggu sampai dengan 19 minggu.
Pembentukan pola sidik jari ini sangat berkaitan dengan perkembangan otak. Riset yang dilakukan seputar pengklasifikasian pola sidik jari dari sudut pandang antropologi, penelitian medis seputar hubungan pola sidik jari tertentu dengan indikasi kelainan mental dan kesehatan, dan riset statistik kalangan psikolog seputar hubungan pola sidik jari dengan kondisi mental dan kecerdasan, memberikan kontribusi atas lahirnya fingerprint analysis biometric system ini.
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi biometrik, pembuatan aplikasi dan penggunaan teknologi semakin memberikan harapan yang lebih besar atas perkembangan sistem fingerprint analysis menjadi lebih akurat.
Sidik Jari Si Penguak Bakat

Sidik jari ternyata tak hanya berguna untuk mengidentifikasi seseorang, tetapi juga bisa untuk mengetahui bakat terpendam. Ingin tahu cara kerjanya, yuk kita simak bersama!

Kelebihan yang dimiliki seseorang pada suatu bidang, atau disebut bakat, memang tak mudah untuk ditemukan. Menurut Dr. Reni Akbar Hawadi, Psi., kepala Pusat Keterbakatan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, untuk menjadi orang berbakat tak hanya sekadar mewarisi bakat secara herediter dari garis keturunan.

Namun, untuk menjadikan bakat tadi teraktualisasi, perlu adanya intervensi lingkungan atau pengasahan atas kapasitas bakat tadi. Nah, jika belum tahu bakat apa yang terpendam dalam jiwa anak, bagaimana bisa mengasah bakatnya agar menjadi kemampuan khusus?

Untuk itu, orangtua perlu menstimulasi dan mengetesnya untuk mengetahui potensi bakat anak. Antara lain dengan memaksimalkan seluruh modalitas sang anak, misalnya dari pendengaran, penglihatan, pencecapan, perabaan, dan sebagainya sejak anak berusia 6 bulan.

Bila perlu, lakukan penelusuran bakat anak dengan metoda tes dan non tes (wawancara dan observasi). Salah satu yang ditawarkan dari metoda penelusuran bakat dengan tes adalah dengan finger print test. Metoda penelusuran bakat ini memanfaatkan pola sidik jari yang dicetak melalui sensor sidik jari.

Kini metoda yang juga dipraktekkan di dPi Consulting ini tak hanya membantu anak-anak menemukan bakatnya, juga membantu mengarahkan anak berkebutuhan khusus untuk mengasah kemampuan khusus dalam dirinya.

Sidik Jari VS Kapasitas Otak
Bagaimana sidik jari bisa menggambarkan kemampuan terpendam seseorang? Ayu S. Sadewo konsultan dan psikolog dari PT. Duta Pelita Insani (dPi) Consulting yang mempraktekkan finger print test mengatakan, sebenarnya ini bukanlah hal yang aneh.

“Yang penting diketahui, finger print test bukanlah ilmu tebak-tebakan atau sulap karena ada dasar teori dan penelitian yang mendasari dilakukannya analisa sidik jari, untuk menggambarkan kemampuan seseorang,” terang Ayu.

Finger print test sebenarnya sudah mulai diteliti sejak beberapa ratus tahun lalu. Pada tahun 1823, John E. Purkinje merumuskan tiga pola utama (busur, pusaran, dan lengkung) dan 9 pola dasar sidik jari, berdasarkan penelitian yang dilakukannya.

Konon, sidik jari yang terbentuk ketika manusia masih berusia 13 minggu di dalam kandungan, berkaitan erat dengan kode genetik yang diwarisi dari orangtua. Kode genetik ini lalu berkombinasi menjadi sesuatu yang unik, dan menjadikannya tak sama satu dengan yang lain.

Sehingga tak heran, keunikan ini juga dijadikan alat identifikasi seseorang melalui sidik jari. Oleh karena erat kaitannya dengan identifikasi genetik, yang juga mempengaruhi pembentukan komposisi tubuh lainnya, pola jari ini lalu dikaitkan dengan komposisi otak.

Tentu saja pembentukan komposisi otak juga dipengaruhi kode genetik. Melalui sejumlah penelitian lalu dirumuskan jumlah alur-alur, pola dasar sidik jari, dan bilah tangan seseorang yang menggambarkan kemampuan yang dimilikinya.

Berbeda Kiri & Kanan
Lalu, bagaimana sidik jari menggambarkan bakat anak secara akurat? Berdasarkan TNGF (total nerve growth factor), dari pola sidik jari dan telapak tangan dapat dilakukan penghitungan mulai jumlah alur, pola sidik jari, hingga sudut pola segitiga telapak tangan (ATD) yang menggambarkan kemampuan belajar sel dan belahan otak.

Berdasarkan TNGF ini jugalah dapat dirumuskan dominasi kemampuan otak kiri dan kanan. Menurut teori, telapak tangan kiri menggambarkan kemampuan otak belahan kanan. Begitu pula sebaliknya, telapak tangan kanan menggambarkan kemampuan otak belahan kiri.

Seberapa banyak nilai yang didapat dari penghitungan sudut pola segitiga telapak tangan akan menggambarkan dominasi belahan otak mana yang lebih banyak berperan dalam diri seseorang.

Sebagaimana diketahui, belahan otak kanan lebih banyak bertanggung jawab pada kemampuan pengelolaan emosional. Pada bagian ini kemampuan intuisi juga ditentukan. Sehingga proses kreatif, selera (seni), nalar, berpikir secara abstrak, berpikir menyeluruh, dan sejenisnya sangat mempengaruhi kemampuan.

Tak heran jika orang yang didominasi otak kanan lebih berbakat dalam bidang seni musik, kreatif visual, seni rupa, dan sosial. Sedangkan orang yang didominasi belahan otak kiri lebih banyak mempengaruhi kemampuan logika, matematika, koordinasi tubuh, ingatan, hingga identifikasi terhadap warna, bahasa, dan pengamatan.

Orang dengan dominasi otak kiri lebih berbakat di bidang pengetahuan, kemampuan bahasa (penguasaan bahasa asing), berhitung, juga olahraga.

Dengan ditemukannya dominasi belahan otak kanan-kiri ini, lalu dihitung potensi yang lebih menonjol berdasarkan sidik jari. Sehingga ditemukan bakat yang lebih dominan. Dan analisa yang dibuat akan lebih spesifik pada bakat tertentu yang dimiliki.
Manfaat analisa sidik jari bagi orang tua
Analisa sidik jari membantu para orang tua diantara manfaatnya adalah:
  1. Dapat membimbing belajar sang anak dan memilih kurikulum belajar yang lebih baik berdasarkan pemahaman keunikan talenta genetik sang anak dan juga gaya belajar ideal yang dia punya.
  2. Mengetahui potensi anak dalam hal kekuatan dan kelemahan terbesarnya.
  3. Orang tua bisa membantu sang anak menajamkan keterampilan dan bakat khususnya yang dimilikinya, menguatkan jalinan sinapsis yang ada di otak sang anak.
  4. Menghindari adanya potensi ketimpangan kompetensi yang jauh antara potensi yang kuat dan yang lemah yakni di kala satu kompetensi berada dalam jeda amat jauh dengan yang lain.
  5. Mengembangkan sirkuit neurologis anak agar dapat berkembang secara sempurna sejak dini.
Manfaat analisa sidik jari bagi anak
Analisa sidik jari sangat bermanfaat bagi putra-putri anda:
  1. Mengidentifikasi karakteristik dan gaya belajarnya,
  2. Mengidentifikasi talenta (dan kelemahan) bawaaanya,
  3. Merancang model pembelajaran khusus untuknya,
  4. Mengurangi biaya dan waktu percuma untuk program khusus,
  5. Membangun rasa percaya diri anak,
  6. Meningkatkan kualitas hubungan antar orang tua dan anak,
  7. Memberikan masa kanak-kanak yang bahagia.

Sidik jari vs Gaya Belajar
Apa Gaya Belajar Anak Anda? Hal ini dapat diketahui setelah mendapatkan hasil analisa sidik jari. Adapun tipe gaya belajar yang dominan di masing-masing anak yang terlihat yaitu :

1. Tipe Visual
  • Lebih mudah mengingat dengan melihat.
  • Lebih suka membaca.
  • Lebih mudah menangkap pelajaran lewat materi bergambar.
  • Peka akan warna dan cukup paham akan artistik.
  • Duduk tenang saat belajar di tengah situasi ribut dan ramai tanpa merasa terganggu.
  • Tertarik pada seni lukis, pahat, dan gambar.
  • Melihat sikap, gerakan, dan bibir guru yang mengajar.
  • Mudah menghafal tempat dan lokasi.
* Kendala Tipe Visual
  • Tak suka berbicara di depan kelompok atau mendengarkan orang lain.
  • Tahu apa yang harus dikatakan, tapi tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata.
  • Terlambat menyalin pelajaran di papan tulis, dan tulisan tangannya berantakan tak terbaca.
  • Sering kali lupa jika menyampaikan pesan verbal kepada orang lain.
  • Kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan.
  • Agak sulit menyimak dan memahami isi pembicaraan.
* Cara Menstimulasi
  • Gunakan beragam bentuk grafis untuk menyampaikan informasi atau materi pelajaran.
  • Perangkat grafis bisa berupa film, slide, ilustrasi, coretan, atau kartu gambar.
  • Mintalah untuk membayangkan obyek atau materi yang sedang dipelajari.
2. Tipe Auditory
  • Mudah ingat apa yang didengar.
  • Senang dibacakan atau mendengarkan.
  • Pandai bercerita dan senang membaca dengan suara keras.
  • Lebih menyukai humor lisan ketimbang membaca buku.
  • Senang berdiskusi, bicara, atau menjelaskan secara panjang-lebar.
  • Menyenangi seni musik.
  • Mudah mempelajari bahasa asing.
* Kendala
  • Cenderung banyak omong.
  • Tak bisa belajar dalam suasana berisik.
  • Kurang tertarik pada hal-hal baru.
* Cara Menstimulasi
  • Bekali tape recorder untuk merekam semua materi pelajaran yang diajarkan di sekolah.
  • Libatkan diri dalam kegiatan diskusi.
  • Lakukan review secara verbal dengan teman atau pengajar.
  • Rekamlah ide dan pikiran sebelum dituangkan dalam bentuk tulisan.
3. Tipe Kinestetik
  • Gemar menyentuh segala sesuatu.
  • Aktif mengerjakan sesuatu yang memakai tangannya.
  • Suka menggunakan obyek nyata sebagai alat bantu belajar.
  • Menyukai gerak fisik dan memiliki koordinasi tubuh yang baik.
  • Membaca dengan menunjuk kata-kata dengan jari tangan.
  • Menghafal sesuatu dengan melihat langsung.
  • Unggul dalam pelajaran olahraga.
  • Lebih suka mendemonstrasikan sesuatu (peragaan) ketimbang penjelasan.
  • Cenderung menggunakan gerak tubuh untuk mengungkapkan sesuatu.
* Kendala
  • Sulit mempelajari hal abstrak, seperti matematika atau peta.
  • Tak bisa belajar di sekolah yang bergaya konvensional.
  • Energinya cukup tinggi, dan jika tidak disalurkan, akan berpengaruh terhadap konsentrasi belajarnya.
* Cara Menstimulasi
  • Masukkan ke sekolah yang menganut sistem active learning.
  • Belajar memakai model peraga, misal belajar di laboratorium.
  • Diberikan aktivitas fisik, seperti olahraga atau menari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar